Bondowoso, Wirawiri Entertainment-
Sejarah Hari Raya Kuningan tak lepas kaitannya dengan rangkaian Hari Raya Suci Galungan. Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah salah satu peringatan hari besar keagamaan bagi umat Hindu, yang dirayakan dua kali setahun dalam kalender masehi.
Mengutip situs Kabupaten Buleleng, Hari Raya Kuningan adalah hari raya suci yang diperingati umat Hindu untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin kepada Dewa, Bhatara, dan para Pitara. Hari Raya Kuningan juga kerap disebut Tumpek Kuningan.
Sejarah Hari Raya Kuningan saling berkaitan dengan Hari Raya Galungan. Melansir situs Kabupaten Badung, sejarah Hari Raya Kuningan dirayakan umat Hindu sudah sejak sekitar 1.200 tahun silam. Menurut Lontar Purana Bali Dwipa pertama kali dirayakan tahun 882 masehi.
Umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan sebagai hari raya kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma. Hari Raya Kuningan dimaknai sebagai perayaan untuk selalu menjaga kemenangan dharma yang dirayakan saat Hari Raya Galungan.
Pada perayaan ari Raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan sembah untuk memohon berkah, keselamatan dan kesejahteraan bagi semua umat. Pada saat Hari raya Kuningan juga memberikan persembahan kepada para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Makna Hari Raya Kuningan adalah untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-batin. Hal ini tunjukkan ujmat Hindu dengan melakukan pemujaan kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
Umat Hindu mempercayai bahwa para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja. Sehingga upacara dan persembahyangan Hari Raya Kuningan hanya diselenggarakan sampai tengah hari saja.
Ciri khas saat perayaan Hari Raya Kuningan adalah dari isi sesajen atau persembahan umat Hindu yakni berupa nasi kuning. Berbeda dengan pada saat upacara hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih.
Simbol nasi kuning ini, sebagai lambang sebuah kemakmuran sekaligus sebagai bentuk ucapan terima kasih dan syukur atas segala anugerah dari Tuhan. Makna tersebut selaras pada asal kata Kuningan yaitu "uning' yang mengacu pada kata kuning yang diartikan sebagai lambang kemakmuran.
Seperti acara Persembahyangan di Pura Tri Dharma Santi Nangkaan Bondowoso, Umat Hindu melaksanakan upacara hari raya Kuningan dengan seksama.
Upacara persembahyangan dipimpim oleh Pandita I Wayan Sindia,SH. Turut hadir pula Drs. I Nyoman Sutama selaku Parisadha Hindu Dharma Indonesia Bondowoso dan Seluruh Umat Hindu Bondowoso. (Bagus)
Tidak ada komentar
Posting Komentar